Pengalaman Menjadi Guru
SMPN 1 Gunung Megang |
Pertama kali Bertugas sebagai
guru, saya mengajar matematika di SMA PGRI 1 Lahat, pada tahun 2003. Pada tahun
itu pula, saya berkesempatan mengikuti seleksi penerimaan tes CPNS di Kabupaten
Muara Enim. Alhamdulillah, saya berhasil lolos seleksi dan ditugaskan mengajar
di SMPN 1 Gunung Megang Kab. Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan. Mengajar Di
sana memberikan pengalaman yang berkesan.
Guru-guru senior memberikan bimbingan dan arahan kepada saya. Saya pun banyak
bertanya tentang kesulitan-kesulitan yang saya hadapi.
SMPN 8 Lahat |
Setelah kurang
lebih 10 tahun disana, saya ditugaskan untuk mengajar di SMPN 8 Lahat. Sekolah ini merupakan sekolah
yang belum lama berdiri. Dengan fasilitas yang minim, kami menjalankan tugas
mengajar dengan penuh semangat.
Sebagai guru,
selain mengajar matematika, saya mendapat tugas menjadi wali kelas, pembina osis,
pembina pramuka ataupun guru piket. Di sinilah saya menyadari adanya adanya
perbedaan makna mengajar mendidik dan melatih. Ketika menjadi pembina osis
ataupun pembina pramuka, peran saya lebih ditekankan pada melatih siswa.
Sedangkan ketika di kelas, saya tidak
hanya mengajarkan ilmu pelajaran matematika, tapi saya berperan juga dalam
mendidik mereka. Mendidik siswa tentang sikap, nilai, norma dalam berinteraksi
di kelas. Hal ini sejalan dengan kurikulum 2013 telah diteapkan tentang
kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam pembelajaran, mencakup ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.
Namun dalam
pandangan saya, mendidik siswa tentang nilai, norma dan sikap haruslah dengan
keteladanan. Siswa tidak akan dapat menerima pendidikan jika tidak ada
keteladanan dari guru. Misalnya tentang disiplin, saya berusaha agar saya
disiplin dalam kelas, mengikuti jadwal dan aturan yang berlaku, kemudian baru
meminta kepada siswa agar mereka menerapkkannya. Apa yang saya lakukan dapat
diterima oleh siswa.
falsafah yang
diajarkan oleh Tokoh Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan
tentang keteladanan. Salah satu semboyannya yakni ing
ngarso sung tulodo yang berarti di depan memberi keteladanan. Walaupun
falsafah itu tentang kepemimpinan, namun menurut saya falsafah itu sangat
sesuai dalam pendidikan, karena guru adalah pemimpin di dalam kelasnya. Harus
dapat memotivasi siswa agar memiliki semangat belajar yang baik.
Dalam
perjalanan saya sebagai guru selama ini, saya berusaha menambah wawasan saya untuk
melaksanakan pembelajaran disekolah. Misalnya dengan mengikuti MGMP, pendidikan
dan pelatihan, serta mengikuti diklat online.
Seiring tugas
saya sebagai guru, saya pun mengembangkan hobi saya menulis. Saya membuat
karya ilmiah berupa Penelitian Tindakan Kelas. Pada tahun ini, dua karya saya
dimuat di buletin tabularasa dinas pendidikan propinsi sumatera selatan. Selain
itu, dalam usaha pengembangan diri, saya menulis artikel tentang ulasan dan
pembahasan saya tentang kejadian-kejadian di dunia pendidikan. Beberapa diantaranya dimuat di
harian tribun Sumatera Selatan.
Pada bulan
april 2014 yang lalu saya mengikuti seleksi guru berprestasi tingkat kabupaten
Lahat. Alhamdulillah, saya terpilih sebagai juara pertama untuk kategori Guru
SMP.
Sebulan berikutnya saya mengikuti seleksi beasiswa S2 di makassar yang
diselenggarakan oleh P2TK Dikdas Kementerian pendidikan dan kebudayaan. Dan sayapun
termasuk sebagai peserta yang diterima, sehingga saya berkesempatan melanjutkan
pendidikan di pasca sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
sekolah pasca sarjana UPI |
Semoga semua
yang saya peroleh, akan dapat saya gunakan dalam usaha mencerdaskan anak
bangsa. bagi saya, sebuah prestasi besar adalah ketika kita sebagai guru, berhasil
mendidik siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti dan dari tidak paham menjadi paham.
Menarik dan menginspirasi. Salam kenal pak. Saya guru smp 4 rantau panjang, ogan ilir.
BalasHapus