mengenal beberapa Teori Belajar |
Ada banyak teori belajar yang dapat rekan-rekan guru gunakan dan dijadikan panduan dalam melaksanakan pembelajaran di dal;am kelas. beberapa diantaranya adalah:
Behaviorisme
Teori belajar Behaviorisme menyatakan manusia lahir tak membawa apa-apa, manusia berkembang berdasarkan stimulus dari lingkungan dan seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Pendidik harus menciptakan lingkungan belajar yang merangsang anak untuk
belajar. Pendidik harus stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang diinginkan. Kesulitan yang dialami dapat diminimalisir dengan mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
Behaviorisme tidak mengakui adanya pembawaan dan keturunan, atau sifat-sifat yang turun-temurun. Semua Pendidikan, menurut behaviorisme, adalah pembentukan kebiasaan, yaitu menurut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam lingkungan seorang anak.
Konstruktivisme
pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah bahwa siswa haruslah secara individu menemukan dan mentrasformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya.
Slavin (1994) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran Top-down yang berarti siswa mulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian memecahkan/menemukan (dengan bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan.
Menurut Suparno (1997) prinsip-prinsip konstruktivis yang banyak digunakan dalam pendidikan adalah :
a) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif.
b) Tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa.
c) Mengajar adalah membantu siswa belajar.
d) Pembelajaran lebih ditekankan pada proses bukan pada hasil akhir.
e) Kurikulum menekankan partisipasi siswa.
f) Guru adalah “fasilitator”.
Tabularasa
Teori ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulisi (a sheet ot white paper avoid of all characters). Jadi, sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Di sini kekuatan ada pada pendidik.
Pendidikan dan lingkungan berkuasa atas pembentukan anak.Pendapat John Locke seperti di atas dapat disebut juga empirisme, yaitu suatu aliran atau paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman (empiri) yang masuk melalui alat indera.
Nativisme
Aliran nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Pembawaan anak-anak itu ada baik dan ada yang buruk. Pendidikan tidak perlu dan tidak berkuasa apa-apa.
Aliran Nativisme berpendapat bahwa perkembangan manusia sangat ditentukan bakatnya sejak lahir sehingga pengalaman tak berpengaruh apa - apa. Jadi anak harus diberi kebebasan mencari apa yang mereka perlukan.
Konvergensi
yaitu pembawaan dan lingkungan. Diakui bahwa anak lahir telah memiliki potensi yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus dikembangkan melalui pengaruh lingkungan termasuk lingkungan pendidikan, oleh sebab itu tugas pendidik adalah
menghantarkan perkembangan semaksimal mungkin potensi anak sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsanya.
Behaviorisme
Teori belajar Behaviorisme menyatakan manusia lahir tak membawa apa-apa, manusia berkembang berdasarkan stimulus dari lingkungan dan seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Pendidik harus menciptakan lingkungan belajar yang merangsang anak untuk
belajar. Pendidik harus stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang diinginkan. Kesulitan yang dialami dapat diminimalisir dengan mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
Behaviorisme tidak mengakui adanya pembawaan dan keturunan, atau sifat-sifat yang turun-temurun. Semua Pendidikan, menurut behaviorisme, adalah pembentukan kebiasaan, yaitu menurut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam lingkungan seorang anak.
Konstruktivisme
pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah bahwa siswa haruslah secara individu menemukan dan mentrasformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya.
Slavin (1994) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran Top-down yang berarti siswa mulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian memecahkan/menemukan (dengan bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan.
Menurut Suparno (1997) prinsip-prinsip konstruktivis yang banyak digunakan dalam pendidikan adalah :
a) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif.
b) Tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa.
c) Mengajar adalah membantu siswa belajar.
d) Pembelajaran lebih ditekankan pada proses bukan pada hasil akhir.
e) Kurikulum menekankan partisipasi siswa.
f) Guru adalah “fasilitator”.
Tabularasa
Teori ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulisi (a sheet ot white paper avoid of all characters). Jadi, sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Di sini kekuatan ada pada pendidik.
Pendidikan dan lingkungan berkuasa atas pembentukan anak.Pendapat John Locke seperti di atas dapat disebut juga empirisme, yaitu suatu aliran atau paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman (empiri) yang masuk melalui alat indera.
Nativisme
Aliran nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Pembawaan anak-anak itu ada baik dan ada yang buruk. Pendidikan tidak perlu dan tidak berkuasa apa-apa.
Aliran Nativisme berpendapat bahwa perkembangan manusia sangat ditentukan bakatnya sejak lahir sehingga pengalaman tak berpengaruh apa - apa. Jadi anak harus diberi kebebasan mencari apa yang mereka perlukan.
Konvergensi
yaitu pembawaan dan lingkungan. Diakui bahwa anak lahir telah memiliki potensi yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus dikembangkan melalui pengaruh lingkungan termasuk lingkungan pendidikan, oleh sebab itu tugas pendidik adalah
menghantarkan perkembangan semaksimal mungkin potensi anak sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsanya.
0 comments:
Posting Komentar