my style

my style
Ramlan Effendi. SMPN 2 Lahat
Breaking News
Loading...

PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENJAGA IDENTITAS BANGSA

4.3.19

Saat ini, pasar bebas bagi masyarakat di kawasan ASEAN yang lebih dikenal sebagai Masyarakat Enonomi Asean (MEA) berlaku. MEA memberikan peluang untuk menjual barang dengan pajak yang sangat rendah bahkan hingga 0% antara sesama negara Asia Tenggara. Selain barang, MEA juga berlaku pada jasa dan kemudahan bagi tenaga kerja profesional seperti Guru, Dokter, dan tenaga ahli lainnya untuk berusaha di seluruh negara di Asia Tenggara.

Sisi positif MEA adalah terbukanya kesempatan untuk mendapatkan barang-barang hasil produksi terbaik dengan harga yang sesuai, kesempatan masyarakat untuk mendapatkan tenaga kerja profesional terbaik dan memperoleh pelayanan prima dari berbagai sektor jasa. Namun sisi negatifnya adalah masyarakat Indonesia akan menghadapi persaingan dengan tenaga kerja profesional dari negara lain serta produk-produk dari negara luar akan mengancam perekonomian Indonesia. Produk-produk nasional harus mampu bersaing dengan produk dari negara lain, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, agar perdagangan tidak di kuasai oleh barang-barang impor.

MEA, Perkembangan teknologi informasi, maraknya sosial media di dunia maya menunjukkan bahwa betapa masifnya globalisasi dan modernisasi saat ini. Globalisasi tidak hanya memberikan dampak positif namun juga membawa sisi negatif. Mudahnya akses informasi melalui media masa dan televisi maupun internet membawa dampak yang cukup signifikan dalam mengubah budaya bangsa. Globalisasi tidak hanya membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam keluarga kita. Tapi globalisasi juga mempengaruhi sendi sosial, kepribadian dan nilai luhur budaya kita. Budaya hidup popular dan hedonisme yang di bawa media, seperti mudahnya
Lagu Gangnam Style dan Goyang Harlem Shake dan goyang-goyang lainnyayang sempat sangat populer ditengah kalangan masyarakat kita, baik anak-anak, remaja bahkan dewasa. Krisis politik daalam pemilukada langsung, Krisis nasioanlisme dan patriotisme. Korupsi, kolusi dan Nepotisme dalam pemerintahan, kekerasan dan tawuran siswa, perilaku mencontek, kenakalan remaja, bahaya narkoba dan pola pergaulan permissif dewasa ini merupakan contoh kecil sikap yang akan mengancam nilai nilai luhur jati diri budaya bangsa Indonesia.

Globalisasi tidak dapat kita hindari, namun tantangan dari dampak negatif globalisasi ini merupakan tanggung jawab dunia pendidikan untuk memberikan filter bagi masyarakat khususnya siswa siswi untuk tidak ikut arus negatif globalisasi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan pendidikan karakter di sekolah.

1. PENGERTIAN KARAKTER
Karakter adalah sifat-sifat kejiawaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang karakter adalah sikap dan cara berpikir, berperilaku, dan berinteraksi sebagai ciri khas seorang individu dalam hidup, bertindak, dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat maupun bangsa. Dalam bahasa lain karakter merupakan keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Karakter bagian identitas diri seseorang sehingga dapat disebut sebagai jatidiri seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan berupa pola pikir, sikap, dan perilakunya. Berarti kita dapat mengatakan ada dua karakter secara umum pada manusia yaitu karakter positif dan karakter negatif.

Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki nilai luhur berupa kearifan lokal. nilai nilai luhur itu antara lain karakter yang pekerja keras, gotong royong, disiplin, cinta budaya, peduli lingkungan, sopan santun, jujur, setiakawan sosial, suka bersyukur, dan hidup rukun. Sementara itu karakter negatif bangsa Indonesia menurut Muchtar Lubis dalam bukunya “Manusia Indonesia Sebuah Pertanggungjawaban” antara lain berpura-pura, segan dan enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, masih percaya takhyul, watak yang lemah, tidak hemat, mengandalkan perasaan, pemalas, suka menggerutu, mudah dengki, sok dan sombong, dan tukang tipu. Karakter yang dimiliki masyarakat akan menjadi identitas masyarakat tersebut. Sehingga dapat kita nyatakan karakter suatu bangsa adalah cermin identitas bangsa tersebut. Agar karakter tersebut menyatu dalam masyarakat haruslah dilakukan secara sistematis dalam pendidikan.

2. PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik memberikan keputusan yang baik, memelihara dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter yang harus dikembangkan adalah karakter positif. Pendidikan karakter itu haruslah bersumber dari kearifan lokal yang dikembangkan dari akar budaya bangsa Indonesia. Sebab karakter positif itu sebenarnya telah ada pada bangsa Indonesia tapi kurang teraktualisasi akibat lingkungan pergaulan dan lingkungan sosial yang tidak mendukung. Agar karakter positif itu dapat teraktualisasi diperlukan suatu pengkondisian berupa
pendidikan karakter agar masyarakat Indonesia khususnya siswa di sekolah membiasakan, menunjukkan, memahami dan menerapkan karakter positif dilingkungan sekolah dan di lingkungannya setelah pulang sekolah. Nilai nilai yang terbentuk dari pendidikan karakter haruslah identik dengan nilai luhur budaya bangsa serta merupakan nilai-nilai pokok yang membentuk karakter. Proses pendidikan karakter adalah learning to do, learning to live, learning together, learning to be yang bermuara pada knowing the good, doing the good, loving the good. Pendidikan karakter tidak hanya mementingkan pengetahuan tetapi lebih menekankan pada sikap dan perbuatan. Lickona (1991) menyatakan ada beberapa alasan pentingnya pendidikan karakter di sekolah yaitu: (1) Cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya, (2) Cara untuk meningkatkan prestasi akademik, (3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain. (4) Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam. (5) Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah, (6) Persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja, (7) Pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban. Ada beberapa cara pengondisian dalam menerapkan pendidikan karakter pada siswa. Antara lain:
1. Menjadikan pendidikan karakter itu dalam suatu mata pelajaran hal ini sudah diterapkan pada pelajaran muatan lokal yang di sebagian sekolah di jadikan mata pelajaran budi pekerti ataupun akhlak
2. Menjadikan pendidikan karakter itu terintegrasi, terpadu pada mata pelajaran tertentu.
3. Menjadikan pendidikan karakter itu kegiatan ekstra kurikluler. Misalnya kegiatan Pramuka ataupun kepanduan, pencinta alam, PMR dan lainnya.
4.Guru berusaha menjadi contoh dalam mempraktikkan karakter positif di depan peserta didiknya.

Point keempat adalah kuncinya. Keteladan guru disekolah dan keteladan orang tua di rumah memberikan pengaruh yang sangat besar pada diri peserta didik.

Globalisasi tidak hanya memberikan dampak positif namun juga membawa sisi negatif. Berkembang pesatnya Ilmu Pengetahuan, Teknologi Informasi menyebabkan masalah yang terjadi di masyarakat terutama kaum muda yang mudah terprovokasi dan masih mencari jati diri mereka sehinggga. membuat mereka mudah terombang-ambing. Perlu ada langkah nyata dalam menangani masalah tersebut, diantaranya dengan pendidikan karakter, moral, serta akhlak dalam membangun karakter bangsa yanglebih maju serta berorientasi ke depan. Teori konvergensi menyatakan bahwa anak lahir telah memiliki potensi yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus dikembangkan melalui pengaruh lingkungan. Lingkungan yang dapat mengembangkan pendidikan karakter adalah guru di sekolah dan orang tua di rumah. Keduanya merupakan lingkungan paling dasar dalam budaya bangsa sebagai sumber kearifan lokal. Guru selayaknnya menjadi contoh bagi siswanya dalam menerapkan karakter yang bersumber dari kearifan lokal. Jika guru mendidik dengan hati yang ikhlas maka akan sampai kepada hati yang ikhlas pula. Hanya keteladanan seorang guru dalam menunjukkan, mengembangkan, menerapkan dan menjadi contoh karakter positif di depan siswa yang dapat mempengaruhi karakter siswanya. Karakter siswa akan menjadi karakter masyarakat. Jika karakter masyarakat telah baik, maka identitas bangsa akan terjaga.

0 comments:

Posting Komentar

Ramlan Effendi Belajar Ngeblog

Ramlan Effendi Belajar Ngeblog
QRCode
 
Toggle Footer