Saat ini, pasar bebas bagi masyarakat
di kawasan ASEAN yang lebih dikenal sebagai Masyarakat Enonomi Asean (MEA)
berlaku. MEA memberikan peluang untuk menjual barang dengan pajak yang sangat
rendah bahkan hingga 0% antara sesama negara Asia Tenggara. Selain barang, MEA
juga berlaku pada jasa dan kemudahan bagi tenaga kerja profesional seperti
Guru, Dokter, dan tenaga ahli lainnya untuk berusaha di seluruh negara di Asia
Tenggara.
Sisi positif MEA adalah terbukanya
kesempatan untuk mendapatkan barang-barang hasil produksi terbaik dengan harga
yang sesuai, kesempatan masyarakat untuk mendapatkan tenaga kerja profesional
terbaik dan memperoleh pelayanan prima dari berbagai sektor jasa. Namun sisi
negatifnya adalah masyarakat Indonesia akan menghadapi persaingan dengan tenaga
kerja profesional dari negara lain serta produk-produk dari negara luar akan mengancam
perekonomian Indonesia. Produk-produk nasional harus mampu bersaing dengan produk
dari negara lain, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, agar perdagangan
tidak di kuasai oleh barang-barang impor.
MEA, Perkembangan teknologi
informasi, maraknya sosial media di dunia maya menunjukkan bahwa betapa
masifnya globalisasi dan modernisasi saat ini. Globalisasi tidak hanya memberikan
dampak positif namun juga membawa sisi negatif. Mudahnya akses informasi
melalui media masa dan televisi maupun internet membawa dampak yang cukup signifikan
dalam mengubah budaya bangsa. Globalisasi tidak hanya membawa kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi ke dalam keluarga kita. Tapi globalisasi juga mempengaruhi sendi sosial,
kepribadian dan nilai luhur budaya kita. Budaya hidup popular dan hedonisme
yang di bawa media, seperti mudahnya
Lagu Gangnam Style dan Goyang Harlem
Shake dan goyang-goyang lainnyayang sempat sangat populer ditengah kalangan
masyarakat kita, baik anak-anak, remaja bahkan dewasa. Krisis politik daalam
pemilukada langsung, Krisis nasioanlisme dan patriotisme. Korupsi, kolusi dan
Nepotisme dalam pemerintahan, kekerasan dan tawuran siswa, perilaku mencontek,
kenakalan remaja, bahaya narkoba dan pola pergaulan permissif dewasa ini merupakan
contoh kecil sikap yang akan mengancam nilai nilai luhur jati diri budaya
bangsa Indonesia.
Globalisasi tidak dapat kita hindari,
namun tantangan dari dampak negatif globalisasi ini merupakan tanggung jawab
dunia pendidikan untuk memberikan filter bagi masyarakat khususnya siswa siswi
untuk tidak ikut arus negatif globalisasi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan
yaitu dengan pendidikan karakter di sekolah.
1. PENGERTIAN KARAKTER
Karakter adalah sifat-sifat
kejiawaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang karakter adalah
sikap dan cara berpikir, berperilaku, dan berinteraksi sebagai ciri khas
seorang individu dalam hidup, bertindak, dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat maupun bangsa. Dalam bahasa lain karakter merupakan keseluruhan
nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk
diri seseorang. Karakter bagian identitas diri seseorang sehingga dapat disebut
sebagai jatidiri seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan berupa
pola pikir, sikap, dan perilakunya. Berarti kita dapat mengatakan ada dua
karakter secara umum pada manusia yaitu karakter positif dan karakter negatif.
Sebenarnya bangsa Indonesia telah
memiliki nilai luhur berupa kearifan lokal. nilai nilai luhur itu antara lain
karakter yang pekerja keras, gotong royong, disiplin, cinta budaya, peduli lingkungan,
sopan santun, jujur, setiakawan sosial, suka bersyukur, dan hidup rukun. Sementara
itu karakter negatif bangsa Indonesia menurut Muchtar Lubis dalam bukunya “Manusia
Indonesia Sebuah Pertanggungjawaban” antara lain berpura-pura, segan dan
enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, masih percaya takhyul, watak yang
lemah, tidak hemat, mengandalkan perasaan, pemalas, suka menggerutu, mudah
dengki, sok dan sombong, dan tukang tipu. Karakter yang dimiliki masyarakat
akan menjadi identitas masyarakat tersebut. Sehingga dapat kita nyatakan
karakter suatu bangsa adalah cermin identitas bangsa tersebut. Agar karakter
tersebut menyatu dalam masyarakat haruslah dilakukan secara sistematis dalam
pendidikan.
2. PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
Pendidikan karakter merupakan
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,
yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik memberikan keputusan yang
baik, memelihara dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati. Pendidikan karakter yang harus dikembangkan adalah karakter
positif. Pendidikan karakter itu haruslah bersumber dari kearifan lokal yang dikembangkan
dari akar budaya bangsa Indonesia. Sebab karakter positif itu sebenarnya telah ada
pada bangsa Indonesia tapi kurang teraktualisasi akibat lingkungan pergaulan
dan lingkungan sosial yang tidak mendukung. Agar karakter positif itu dapat
teraktualisasi diperlukan suatu pengkondisian berupa
pendidikan karakter agar masyarakat
Indonesia khususnya siswa di sekolah membiasakan, menunjukkan, memahami dan
menerapkan karakter positif dilingkungan sekolah dan di lingkungannya setelah
pulang sekolah. Nilai nilai yang terbentuk dari pendidikan karakter haruslah
identik dengan nilai luhur budaya bangsa serta merupakan nilai-nilai pokok yang
membentuk karakter. Proses pendidikan karakter adalah learning to do,
learning to live, learning together, learning to be yang bermuara pada knowing the
good, doing the good, loving the good. Pendidikan karakter tidak hanya
mementingkan pengetahuan tetapi lebih menekankan pada sikap dan perbuatan. Lickona
(1991) menyatakan ada beberapa alasan pentingnya pendidikan karakter di sekolah
yaitu: (1) Cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian
yang baik dalam kehidupannya, (2) Cara
untuk meningkatkan prestasi akademik, (3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter
yang kuat bagi dirinya di tempat lain. (4) Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau
orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam. (5) Berangkat dari akar
masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan,
ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah, (6)
Persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja, (7) Pembelajaran nilai-nilai
budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban. Ada beberapa cara pengondisian dalam
menerapkan pendidikan karakter pada siswa. Antara lain:
1. Menjadikan pendidikan karakter itu
dalam suatu mata pelajaran hal ini sudah diterapkan pada pelajaran muatan
lokal yang di sebagian sekolah di jadikan mata pelajaran budi pekerti ataupun akhlak
2. Menjadikan pendidikan karakter itu
terintegrasi, terpadu pada mata pelajaran tertentu.
3. Menjadikan pendidikan karakter itu
kegiatan ekstra kurikluler. Misalnya kegiatan Pramuka ataupun kepanduan, pencinta
alam, PMR dan lainnya.
4.Guru berusaha menjadi contoh dalam
mempraktikkan karakter positif di depan peserta didiknya.
Point keempat adalah kuncinya.
Keteladan guru disekolah dan keteladan orang tua di rumah memberikan pengaruh
yang sangat besar pada diri peserta didik.
Globalisasi tidak hanya memberikan
dampak positif namun juga membawa sisi negatif. Berkembang pesatnya Ilmu
Pengetahuan, Teknologi Informasi menyebabkan masalah yang terjadi di masyarakat
terutama kaum muda yang mudah terprovokasi dan masih mencari jati diri mereka
sehinggga. membuat mereka mudah terombang-ambing. Perlu ada langkah nyata dalam
menangani masalah tersebut, diantaranya dengan pendidikan karakter, moral,
serta akhlak dalam membangun karakter bangsa yanglebih maju serta berorientasi
ke depan. Teori konvergensi menyatakan bahwa anak lahir telah memiliki potensi
yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus
dikembangkan melalui pengaruh lingkungan. Lingkungan yang dapat mengembangkan
pendidikan karakter adalah guru di sekolah dan orang tua di rumah. Keduanya
merupakan lingkungan paling dasar dalam budaya bangsa sebagai sumber kearifan
lokal. Guru selayaknnya menjadi contoh bagi siswanya dalam menerapkan karakter
yang bersumber dari kearifan lokal. Jika guru mendidik dengan hati yang ikhlas
maka akan sampai kepada hati yang ikhlas pula. Hanya keteladanan seorang guru
dalam menunjukkan, mengembangkan, menerapkan dan menjadi contoh karakter
positif di depan siswa yang dapat mempengaruhi karakter siswanya. Karakter
siswa akan menjadi karakter masyarakat. Jika karakter masyarakat telah baik,
maka identitas bangsa akan terjaga.
0 comments:
Posting Komentar