Siswa
Sebagai Pusat Pembelajaran
Perubahan
tren pendidikan matematika di dunia telah di antisiasi pemerintah, salah
satunya dengan mengubah kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013
menekankan bukan hanya kemampuan kognitif, namun juga pada keterampilan dan
sikap. Penerapan kurikulum 2013 berimplikasi pada perubahan paradigma
pembelajaran dimana guru harus mengubah orientasi pembelajaran dan meningkatkan
kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran. Walaupun perubahan paradigma
pembelajaran dari teacher center ke student center telah dimulai pada KTSP,
namun fokus pembelajaran pada aktivitas siswa lebih terlihat dalam kurikulum
2013 yang menggunakan pendekatan saintifik (scientific appoach).
Kementerian
pendidikan dan kebudayaan (2013) memberikan konsepsi Pendekatan saintifik dalam
pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
dan mencipta. Pendekatan
saintifik tidak hanya menekankan kepada definisi (what) namun lebih menekankan pada kemampuan siswa untuk mengetahui
bagaimana (how) dan mengapa (why).
Karakteristik
pendekatan saintifik ini sangat sesuai dengan mata pelajaran eksakta. Salah
satunya mata pelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika disekolah, siswa selayaknya
difasilitasi dalam melakukan pengamatan dan penyelidikan, mengkaitkan
pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari, serta menggunakan pikirannya untuk membuat penyelesaian masalah
menggunakan penalaran yang logis dan sistematis. Pendekatan tersebut sesuai
dengan karakteristik pengembangan ilmu matematika yang dikembangkan dengan mengeksplorasi permasalahan awal, membuat
perencanaan penyelesaian masalah, menyusun suatu dugaan penyelesaian masalah (conjecture), menguji dan membuktikan
dugaan yang telah dibuat serta menyampaikan hasil pembuktian yang telah
dilakukan. Ilmu matematika yang menggunakan kemampuan representasi dalam bentuk
simbol, skema, pola dan ekspresi matematika lainnya harus disampaikan kepada
siswa dalam bentuk kongkret dan sesuai perkembangan usianya sehingga siswa
dapat lebih mudah memahaminya. Jika
siswa telah memahaminya, siswa akan lebih mudah mengkomunikasikan kepada
rekannya baik secara lisan maupun dengan tulisan.
Landasan
yang mendasari pembelajaran matematika saat ini adalah pernyataan Verschaffel
dan Corte (1996) yang menyatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia
dan aktivitas menyelesaikan masalah (mathematics
as human sense-making and problem solving activity). Pandangan ini mengubah pemahaman dari matematika sebagai
kumpulan konsep yang diajarkan menjadi
suatu keterampilan yang diorganisir secara konstruktif dan terbuka yang
melibatkan partisipasi aktif siswa. Siswa dibimbing untuk berusaha mencari
sendiri menggunakan fasilitas, sumber belajar, buku pelajaran lain dalam
konteks matematika.
Dalam
pembelajaran yang menekankan siswa sebagai pusat pembelajaran, guru bertindak
sebagai fasilitator yang membantu siswa utuk menggali pengetahuan awal yang
dimiliki siswa untuk digunakan dalam memahami materi yang diberikan guru.
Sebagai fasilitator, guru harus memahami kemampuan siswa dan menyiapkan
strategi untuk dapat mengembangkan potensi pengetahuan sesuai materi matematika
yang dipelajari. Lingkungan disekitar siswa seperti fenomena-fenomena alam,
susunan dan pola bilangan, dapat digunakan untuk memperoleh pemahaman materi
pelajaran tentang konsep matematika. Permukaan meja dan kursi yang digunakan
siswa dapat digunakan untuk menuntun siswa memahami konsep luas. Melemparkan
uang logam untuk menuntun pemahmanan peluang, penggunaan kue martabak atau roda
untuk menuntun pemahanan luas dan
keliling lingkaran.
Dalam proses pembelajaran,
guru sebaiknya tidak memberikan jawaban akhir ataupun langkah-langkah dalam
menyelesaikan masalah. Guru membimbing siswa dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa kepada situasi yang dipahaminya
sampai siswa memperoleh jawaban yang sesuai. Interaksi antara guru dan siswa
serta interaksi antara siswa dan siswa hendaknya menjadi aktivitas sehari-hari
dalam pembelajaran matematika. Hal ini akan terjadi jika pembelajaran dilakukan
dengan pendekatan kelompok. Pembelajaran dengan aktivitas dalam kelompok juga
akan memfasilitasi siswa utuk memiliki kemampuan berpikir logis dan melakukukan
komunikasi matematis. Baik secara lisan maupun tulisan. Dalam aktivitas
kelompok siswa akan belajar berargumentasi dari pemahaman konsep yang telah
diperolehnya. Walaupun argumentasi yang dikemukakan siswa kemungkinan baru
penalaraan informal, manun guru dapat membimbing ke penalaran matematika
formal. Argumentasi yang dikemukakan siswa dapat menjadi salah satu cara
penilaian apakah siswa telah memahami konsep yang diajarkan. Dengan
berargumentasi dalam kelompok siswa dituntun untuk menemukan solusi dari
permasalahan dan alternatif penyelesaiannya.
Perubahan dan perkembangan zaman yang terjadi tidak perlu dikhawatirkan. Yang terpenting kita menyiapkan generasi agar dapat menyesuaikan dengan kemajuan teknologi. Umar bin Khatab pernah berkata: “didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu”. Perubahan akan selalu terjadi. Guru perlu menyadari bahwa matematika sangat esensial bagi seseorang bukan untuk sekeder berhitung namun untuk belajar berpikir logis. Yang terpenting bagaimana guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan pengalaman sebenarnya untuk menumbuhkan kemandirian siswa.
0 comments:
Posting Komentar