my style

my style
Ramlan Effendi. SMPN 2 Lahat
Breaking News
Loading...

Guru Sebagai Manajer dan Siswa sebagai Pusat Pembelajaran

22.8.23

Siswa Sebagai Pusat Pembelajaran



Perubahan tren pendidikan matematika di dunia telah di antisiasi pemerintah, salah satunya dengan mengubah kurikulum  tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan bukan hanya kemampuan kognitif, namun juga pada keterampilan dan sikap. Penerapan kurikulum 2013 berimplikasi pada perubahan paradigma pembelajaran dimana guru harus mengubah orientasi pembelajaran dan meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran. Walaupun perubahan paradigma pembelajaran dari teacher center ke student center telah dimulai pada KTSP, namun fokus pembelajaran pada aktivitas siswa lebih terlihat dalam kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik (scientific appoach).

Kementerian pendidikan dan kebudayaan (2013) memberikan konsepsi Pendekatan saintifik dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatan saintifik tidak hanya menekankan kepada definisi (what) namun lebih menekankan pada kemampuan siswa untuk mengetahui bagaimana (how) dan mengapa (why).

Karakteristik pendekatan saintifik ini sangat sesuai dengan mata pelajaran eksakta. Salah satunya mata pelajaran matematika. Dalam pembelajaran  matematika disekolah, siswa selayaknya difasilitasi dalam melakukan pengamatan dan penyelidikan, mengkaitkan pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, serta menggunakan pikirannya untuk membuat penyelesaian masalah menggunakan penalaran yang logis dan sistematis. Pendekatan tersebut sesuai dengan karakteristik pengembangan ilmu matematika yang dikembangkan dengan  mengeksplorasi permasalahan awal, membuat perencanaan penyelesaian masalah, menyusun suatu dugaan penyelesaian masalah (conjecture), menguji dan membuktikan dugaan yang telah dibuat serta menyampaikan hasil pembuktian yang telah dilakukan. Ilmu matematika yang menggunakan kemampuan representasi dalam bentuk simbol, skema, pola dan ekspresi matematika lainnya harus disampaikan kepada siswa dalam bentuk kongkret dan sesuai perkembangan usianya sehingga siswa dapat lebih mudah  memahaminya. Jika siswa telah memahaminya, siswa akan lebih mudah mengkomunikasikan kepada rekannya baik secara lisan maupun dengan tulisan.

Landasan yang mendasari pembelajaran matematika saat ini adalah pernyataan Verschaffel dan Corte (1996) yang menyatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia dan aktivitas menyelesaikan masalah (mathematics as human sense-making and problem solving activity). Pandangan ini mengubah pemahaman dari matematika sebagai kumpulan  konsep yang diajarkan menjadi suatu keterampilan yang diorganisir secara konstruktif dan terbuka yang melibatkan partisipasi aktif siswa. Siswa dibimbing untuk berusaha mencari sendiri menggunakan fasilitas, sumber belajar, buku pelajaran lain dalam konteks matematika.

Dalam pembelajaran yang menekankan siswa sebagai pusat pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator yang membantu siswa utuk menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa untuk digunakan dalam memahami materi yang diberikan guru. Sebagai fasilitator, guru harus memahami kemampuan siswa dan menyiapkan strategi untuk dapat mengembangkan potensi pengetahuan sesuai materi matematika yang dipelajari. Lingkungan disekitar siswa seperti fenomena-fenomena alam, susunan dan pola bilangan, dapat digunakan untuk memperoleh pemahaman materi pelajaran tentang konsep matematika. Permukaan meja dan kursi yang digunakan siswa dapat digunakan untuk menuntun siswa memahami konsep luas. Melemparkan uang logam untuk menuntun pemahmanan peluang, penggunaan kue martabak atau roda untuk menuntun pemahanan luas  dan keliling lingkaran.

Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak memberikan jawaban akhir ataupun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah. Guru membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa kepada situasi yang dipahaminya sampai siswa memperoleh jawaban yang sesuai. Interaksi antara guru dan siswa serta interaksi antara siswa dan siswa hendaknya menjadi aktivitas sehari-hari dalam pembelajaran matematika. Hal ini akan terjadi jika pembelajaran dilakukan dengan pendekatan kelompok. Pembelajaran dengan aktivitas dalam kelompok juga akan memfasilitasi siswa utuk memiliki kemampuan berpikir logis dan melakukukan komunikasi matematis. Baik secara lisan maupun tulisan. Dalam aktivitas kelompok siswa akan belajar berargumentasi dari pemahaman konsep yang telah diperolehnya. Walaupun argumentasi yang dikemukakan siswa kemungkinan baru penalaraan informal, manun guru dapat membimbing ke penalaran matematika formal. Argumentasi yang dikemukakan siswa dapat menjadi salah satu cara penilaian apakah siswa telah memahami konsep yang diajarkan. Dengan berargumentasi dalam kelompok siswa dituntun untuk menemukan solusi dari permasalahan dan alternatif penyelesaiannya.

Perubahan dan perkembangan zaman yang terjadi tidak perlu dikhawatirkan. Yang terpenting kita menyiapkan generasi agar dapat menyesuaikan dengan kemajuan teknologi. Umar bin Khatab pernah berkata: “didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu”. Perubahan akan selalu terjadi. Guru perlu menyadari bahwa matematika sangat esensial bagi seseorang bukan untuk sekeder berhitung namun untuk belajar berpikir logis. Yang terpenting bagaimana guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan pengalaman sebenarnya untuk menumbuhkan kemandirian siswa. 

0 comments:

Posting Komentar

Ramlan Effendi Belajar Ngeblog

Ramlan Effendi Belajar Ngeblog
QRCode
 
Toggle Footer